AMIK BUEKITTINGGI
TEKNIK SURVEY DAN PEMETAAAN
Minggu, 06 Juli 2014
Rabu, 02 Juli 2014
Oke, untuk posting saya yang pertama kalinya di blog ini, saya akan
berbagi cara membuat stick man (manusia lidi) pake Macromedia Flash 8,
mungkin agan ada yang gak tau stick man, nih saya kasih gambar :)
Mungkin ada beberapa yang bertanya, kenapa kita pakai animasi stick
man untuk percobaan membuat animasi? Jawabannya ya karena stick man
mudah untuk digambar, kan kalo mencoba enaknya dari yang mudah dulu toh
:D
Oke,sekarang kembali ke posting, gimana caranya membuat animasi stick man dengan Macromedia Flash 8, ini dia caranya...
1. Sediakan sebuah PC (Yaiyalah, kalo ga ada PC gimana mau buat
animasi?) lengkap dengan software Macromedia Flash 8
2. Buka Macromedia Flash 8 nya.
3. Pilih Flash Document.
4. Pilih Brush Tool dan gunakan ukuran sedang.
5. Kamu gambar stickman nya dengan brush tool.
6. Setelah kamu gambar stickman nya, tekan F6 lalu klik Onion Skin.
7. Hapus gambar stick man kamu, nanti akan muncul bayangan seperti di gambar dibawah.
8. Lalu kamu gambar lagi stick man agan dengan pose yang berbeda :D , pastikan gambarnya tidak jauh dari bayangan.
9. Jika sudah, kamu tekan Ctrl+Enter dan lihat hasilnya, animasi stickman versi kamu sendiri telah tercipta :D
10. Jika kamu mau membuat animasi yang lebih variatif, bisa mengulang cara nomor 6, 7, dan 8,
Rabu, 23 April 2014
BELAJAR MEMBUAT ANIMASI MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8
Mengenal Animasi Macromedia Flash Animasi pada Macromedia Flash sama
halnya dengan film secara fisik, yang tersusun dari banyak frame dengan
gambar-gambar penyusunnya. Frame yang mendefinisikan adanya perubahan
pada objek disebut dengan keyframe. Dalam dunia animasi Web, teknologi
Flash kini seolah meraja, bagaimana tidak keunggulan-keunggulan yang
ditonjolkan membuat hampir semua hal yang terlihat rumit menjadi
sedemikian simple dan gampang. Dukungan terhadap Macromedia Flash
belakangan ini semakin luas, format Flash Movie *.SWF kini dapat dibuat
tidak hanya oleh Macromedia Flash saja.
Berikut langkah-langkah dalam membuat Animasi Sederhana Dengan Macromedia Flash 8:
1. Buat 3 layer, masing-masing layer diberi nama dengan layer 1(background) layer 2(bola) dan layer 3 (teks).
2. Atur size layer dengan ukuran 550x400 pixels.
3. Beri layer background dengan warna hitam.Berikut langkah-langkah dalam membuat Animasi Sederhana Dengan Macromedia Flash 8:
1. Buat 3 layer, masing-masing layer diberi nama dengan layer 1(background) layer 2(bola) dan layer 3 (teks).
2. Atur size layer dengan ukuran 550x400 pixels.
4. Setelah itu pada layer teks buat tulisan sesuai yang Anda inginkan seperti gambar dibawah ini:
5. Setelah itu pada layer bola buat lingkaran seperti bola.
6. Setelah pembuatan objeknya selesai, sekarang kita buat animasinya
dengan buatlah frame sepanjang 90-> kemudian klik kanan pilih insert
frame.
7. Setelah itu kita buat animasi motion tweenig dengan objeknya yaitu
layer bola, klik kanan pada layer bola lalu pilih insert keyframe.
8. Setelah langkah diatas selesai drag layer bola /drag objek bolanya
dengan menekan tombol v di keyboard kemudian klik gambar bolanya lalu
geser. Seperti gambar dibawah ini. 90 ->
9. Setelah digeser (jangan menggeser menggunakan mouse pakai saja tanda panah kanan di keyboard agar posisinya tidak berubah).
10. Langkah berikutnya yaitu kita menuju ke layer bola klik kanan di dalam frame, kemudian klik create motion tween.
11. Setelah selesai klik juga frame ke 90 caranya klik kanan yang sudah
kita buat pilih create motion tween. Semua juga sama buat semua layer
dirubah menjadi motion tweening.
12. Setelah semua selesai maka untuk melihat hasilnya dengan tekan Ctrl+Enter.CARA MEMBUAT ANIMASI KUPU-KUPU TERBANG DENGAN MACROMEDIA FLASH 8
Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang bidang animasi 2 dimensi, dalam tutorial ini saya akan memberikan tutorial tentang bagaimana cara membuat animasi kupu- kupu terbang menggunakan software Macromeodia Flash. Software ini kami rasa cukup sederhana untuk digunakan dan mudah untuk dipelajari bagi orang awam, dan software yang kami gunakan adalah Macromedia Flash 8.
Baiklah
tanpa basa- basi lagi kami akan memberikan cara- cara dalam membuat
animasi kupu- kupu terbang. Caranya adalah sebagai berikut :
1. Pertama, buka dulu software Macromedia Flash 8. Dan untuk memudahkan kita,kita pakai saja pengaturan langsung secara otomatis. Akan tetapi anda dapat merubah pengaturannya sesuai keinginan.
2. Lalu kita dapat membuat gambar kupu- kupunya langsung dalam Macromedia Flash 8 tersebut ataupun dengan meng-import gambar. Nah kali ini kami akan menggunakan cara kedua ,karena kami anggap lebih mudah dan tidak membuang banyak waktu. Caranya yaitu kita klik menu File > Import > Import to Library, seperti gambar dibawah ini.
1. Pertama, buka dulu software Macromedia Flash 8. Dan untuk memudahkan kita,kita pakai saja pengaturan langsung secara otomatis. Akan tetapi anda dapat merubah pengaturannya sesuai keinginan.
2. Lalu kita dapat membuat gambar kupu- kupunya langsung dalam Macromedia Flash 8 tersebut ataupun dengan meng-import gambar. Nah kali ini kami akan menggunakan cara kedua ,karena kami anggap lebih mudah dan tidak membuang banyak waktu. Caranya yaitu kita klik menu File > Import > Import to Library, seperti gambar dibawah ini.
Setelah itu pilih gambar sesuai kengginan dalam komputer kita.
3.
Lalu kita drag ( klik kiri jangan dilepas dan geser sampai layar kerja
kita) gambar kupu- kupu dari library kita, seperti gambar berikut.
Dan
kita atur ukuran gambarnya sesuai kengingginan kita dengan menggunakan
Free Transform Tool atau kita klik gambar + tombol Q.
4.
Lalu kita ubah gambar kupu- kupu kita kedalam bentuk Graphic, yaitu
dengan cara klik menu Modify > Convert to Symbol atau dengan cara
tekan tombol F8 pada keyboard.
5.
Lalu kita pilih Graphic dan kita beri nama sesuai keingginan, misalnya
kita beri nama kupu-kupu pada kolom namanya lalu kita klik OK.
6. Selanjutnya
kita double clik ( klik dua kali cepat) pada objek kupu- kupu kita. Dan
kita akan membuat gerakan kupu- kupu itu seolah mengepakkan sayapnya,
yaitu dengan cara kita klik pada frame 2 dan kita klik kanan > pilih
Insert Keyframe atau kita pencet tombol F6 pada keyboard.
7. Setelah
kita beri keyframe kita ubah saja ukurannya dengan free transform tool
untuk membuat kupu- kupu itu seolah- olah mengepakkan sayapnya, tetapi
kita hanya merubah ukuran width atau menyamping saja seperti contoh
berikut :
8. Setelah
itu kita kembali kedalam Scene 1 untuk kembali ke lembar kerja awal
untuk membuat jalur yang akan digunakan nantinya, caranya kita klik saja
tulisan Scene 1 pada layar bagian atas.
9.
Tahap berikutnya kita akan membuat jalur bagi kupu- kupu kita dengan
cara menambahkan Motion Guide dengan meng-klik Add Motion Guide.
10. Lalu
kita klik frame 1 pada Guide: Layer 1 dan membuat jalur sesuai
keinginan kita dengan pencil tool pada daftar tool yang tersedia pada
pojok kiri seperti contoh berikut ini :
11.
Selanjutnya kita akan membuat kupu- kupu itu bergerak mengikuti jalur
yang telah kita buat seperti diatas, yaitu dengan cara kita tempelkan
lingkaran putih pada pusat gambar/ objek pada awal garis dan kita
arahkan kupu- kupu tersebut depan lintasannya, contohnya sebagai berikut
:
12. Kemudian
kita buat lagi keyframe pada layer 1 dan insert freme pada frame sesuka
kita di Guide: Layer 1 (semakin tinggi frame yang kita letakkan akan
semakin lama durasi yang kita berikan ), pada contoh ini kami mengambil
frame 140, dan arahkan kupu- kupu kita ke arah akhir jalur dan kita
tempelkan pusat objek dengan jalur kita, seperti contoh berikut :
13.
Lalu kita berikan Motion Tween pada kupu- kupu di Layer 1 dengan cara
klik pada frame diantara 1 – 140 ( frame yang kita gunakan ) lalu klik
kanan > pilih Create Motion Tween.
14.
Lalu tahap terakhir kita akan memperhalus gerakan kupu- kupu itu dengan
menggunakan Orient to path dengan cara klik bagian tengah Motion Tween
dan pilih Orient to path pada kotak dialog Properties seperti gambar:
Senin, 19 November 2012
Teknik Survei & Pemetaan
ILMU UKUR TANAH DAN KARTOGRAFI
Pengertian Kartografi
Kartografi didefinisikan sebagai gabungan dari ilmu, seni dan teknik
dalampembuatan (penggambaran) peta. Pengertian ilmu, seni dan teknik
dapat diuraikan lebihterperinci lagi sebagai berikut :
- Ilmu : penentuan ukuran kertas (A0, A1, A3 dan sebagainya), simbol yang digunakan, ukuran pena / pensil / rapido yang digunakan dan jenis kertas yang digunakan (kertas,kalkir, drafting film) dll.
- Seni : penghalusan gambar, pewarnaan gambar, penggunaan symbol, penggunaan huruf dll.
- Teknik : pengeplotan objek (titik, pohon, bangunan dll.), interpolasi kontur (bila menggunakan cara manual), pembuatan grid, sistem koordinat, legenda dll.
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari
cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk
menentukan posisi relatif atau absolut titik-titik pada permukaan tanah,
di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan
dan penentuan posisi relatif suatu daerah(http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_ukur_tanah).
Pada dasarnya tujuan pengukuran adalah untuk menentukan letak atau
kedudukan suatu obyek di atas permukaan bumi dalam suatu sistem
koordinat (umumnya dipergunakan apa yang disebut sistem koordinat
geodetis). Dan dalam pelaksanaan pengukuran itu sendiri yang dicari dan
dicatat adalah angka-angka, jarak dan sudut. Jadi koordinat yang akan
diperoleh adalah dengan melakukan pengukuran-pengukuran sudut terhadap
sistem koordinat geodetis tersebut (Sosrosodarsono, 1997).
Sejarah Peta
Peta yang sekarang sering kita lihat dan jumpai baik di toko buku, di
Instansi,Perguruan Tinggi dan sebagainya pada saat ini umumnya
penampilannya relatip menarik.Apabila ditengok kebelakang, keberadaan
peta pada zaman dahulu tidaklah sebaik saat inidari segi penampilan, hal
ini karena keterbatasan peralatan maupun perlengkapan yang adapada saat
itu. Akan tetapi tentang bentuk dan ketelitiannya apakah sejelek
yangdiperkirakan? Jawabannya sangat relatif, artinya bergantung pada
peta zaman sekarangyang akan dibandingkan dengan peta pada zaman dahulu,
karena dapat saja peta saat inidibuat asal jadi, lalu dihiasi dengan
warna-warni supaya terlihat menarik (tetapi ketelitiangeometris maupun
koordinatnya sangat kecil).
Pengertian dan Fungsi Peta
Bermula dari ketersediaan peta, selanjutnya proses perencanaan dan
pelaksanaanpekerjaan fisik (terutama) dapat berjalan dengan baik. Peta
yang beredar di masyarakatcukup banyak ragamnya, tetapi belum tentu peta
yang didapatkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Misalnya saja
pengguna peta ingin merencanakan suatu tempat untuk rencanapengolahan
limbah industri serta lokasi pembuangannya. Untuk keperluan
tersebutdidapatkan peta topografi dengan skala 1 : 50.000. Pertanyaannya
apakah dengan petatersebut sudah cukup? ataukah masih membutuhkan peta
lain yang lebih mengenai sasarandalam arti lebih besar skalanya, lebih
banyak dan detail tampilan obyek-obyeknya dansebagainya. Sebelum
membahas lebih jauh tentang peta, maka apa yang dimaksud dengan peta?Apa
fungsi dan kegunaan peta? Peta merupakan sumber informasi. Sehingga
denganadanya peta seharusnya orang menjadi mengerti atau lebih mengerti
dari sebelummendapatkan peta, tetapi kalau dengan keberadaan peta malah
membuat orang menjaditidak mengerti dan bingung, maka peta tersebut
dapat dikatakan peta yang tidak ataukurang baik. Kurang baik disini
diartikan sebagai kurang komunikatif, kurang teliti, kurangpenjelasan
dan sejenisnya
Fungsi peta secara umum dikelompokkan menjadi 4 (empat) bagian utama
yaitumemperlihatkan posisi (baik posisi horisontal maupun posisi
vertikal dari suatu tempat),memperlihatkan ukuran, memperlihatkan bentuk
dan menghimpun dan menseleksi.Sedangkan kegunaan peta antara lain untuk
perencanaan peletakan bangunan-bangunanfisik (jalan, gedung, jembatan,
dam, pelabuhan), perencanaan peletakan mesin-mesin berat,perencanaan
pematokan (staking out) yaitu merealisasikan gambar di peta untuk diukur
dilapangan, hitungan volume dan luas, perencanaan tata ruang (RTRW,
RDTRK, RTRK) dll.
Penggolongan Peta
Secara garis besar, peta dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan :
Berdasarkan sifatnya, peta dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu:
- Peta topografi : Peta topografi dimaksudkan sebagai gambaran yang merupakan sebagian atauseluruh permukaan bumi yang digambar pada bidang datar dengan cara tertentu danskala tertentu yang mencakup unsur-unsur alam saja, unsur buatan manusia sajaatau keduanya. Contoh unsur-unsur alam adalah gunung, sungai, danau, laut,vegetasi dan sebagainya. Sedangkan contoh unsur-unsur buatan manusia adalahrumah, jembatan, gardu listrik, gudang, pelabuhan dan sebagainya.
- Peta tematik Peta tematik dimaksudkan sebagai peta yang memuat atau menonjolkan tema (unsur) tertentu. Walaupun temanya tertentu, tetapi sering peta tersebut membutuhkan “tempat” untuk wadah peta ini yaitu peta topografi. Oleh karena ituterkadang dalam peta tematik masih ada beberapa unsur pada peta topografi yangikut pada lembar peta tersebut. Contoh peta tematik: Peta jaringan (jaringan pipa air minum, Peta jaringan jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan listrik, jaringan irigasi dll), Peta ketinggian (kontur, Digital Terrain Model / Digital Elevation Model), Peta tata guna lahan (land use) seperti sawah, hutan, kebun, ladang. Peta penyebaran penduduk, peta batas administrasi, dll.
Berdasarkan macamnya, peta dapat digolongkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
- Peta garis : Peta garis didapat dari survei lapangan yaitu pengukuran di lapangan yangselanjutnya dihitung dan terakhir disajikan dalam bentuk plotting pada kertas, kalkirataupun pada drafting film. Ada pula peta garis yang didapat dari foto udara yangdiproses dengan cara mengeplotkan hasil foto tersebut sedemikian rupa sehinggatergambar menjadi peta garis.
- Peta foto : Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. Sebagai gambaran padafoto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring sekali.Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi <3o), sedangkan yangdisebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. Untukfoto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).
Skala
Pembagian peta berdasarkan skalanya masih belum ada kesepakatan antara
ahli. Salahsatu pendapat yang membagi peta berdasarkan skalanya, peta
tersebut dikelompokkanmenjadi 3 (tiga) bagian yaitu
- Skala besar : Peta dikatakan skala besar jika bilangan skalanya kurang dari atau sama dengan 10000 atau skala ≥ 1:10000
- Skala sedang : Peta dikatakan skala sedang jika bilangan skalanya lebih dari 10000 sampai dengan kurang dari atau sama dengan 100000 atau skalanya antara 1 : 10000 hingga 1:100000
- Skala Kecil : Peta dikatakan skala kecil jika bilangan skalanya lebih besar dari 100000 atau skalanya lebih besar dari 1 : 1000000
Pengenalan Alat (Theodolith dan Planimeter)
Untuk mendalami ilmu ukur tanah dan kartografi maka diperlukan beragam
alat yang mendukung proses pengumpulan data-data yang akan digunakan.
Salah satu contoh alat itu adalahTheodolith. Theodolith adalah alat untuk mengukur sudut dan arah sudut. Sudut yang diukur dalamTheodolith adalah sudut vertikal, untuk mengetahui beda tinggi dan sudut horizontal, serta untuk mengetahui Azimuth. Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dan hanya diukur dari arah Utara atau Selatan saja sebagai acuan. Theodolithjuga dapat digunakan untuk mengukur beda tinggi yaitu dengan menggunakan sudut vertikal. Adapun syarat penggunaan Theodolith dalam
mengukur beda tinggi adalah posisi alat harus tegak lurus dengan titik
tempat mengukur, dengan cara menyeimbangkan niveau tabung dengan niveau
kotak agar gelembung udara dapat di tengah-tengah.
Theodolith adalah salah satu alat yang digunakan untuk metode pemetaan. Theodolith digunakan sebagai sarana guna mengumpulkan data di lapangan, ini merupakan sarana pengumpulan data dengan metode secara Terestris. Theodolithdilengkapi dengan piringan untuk pembacaan sudut balik piringan horizontal maupun vertikal. Theodolitjuga
dilengkapi dengan sumbu I (vertikal) dan sumbu II (horizontal). Dengan
demikian sumbu teropong dapat digerakkan ke segala arah. Sudut tegak
(vertikal) ialah sudut yang dibentuk pada bidang tegak oleh garis bidik
dengan garis tegak (2) atau oleh garis bidik dan garis mendatar (m).
sedangkan sudut mendatar ialah sudut yang dibentuk oleh dua garis bidik
dibidang mendatar (Wongsotjitro, 1964).
Dengan Theodolith, data-data berupa jarak, ketinggian, sudut dan Azimuth dapat
diketahui dengan jalan pengukuran. Pada acara kali ini pengukuran hanya
terbatas pada pembacaan sudut horizontal, sudut vertikal, jarak, dan
beda tinggi. Jarak yang dihasilkan diperoleh dengan mengurangi batas
atas pengukuran dengan batas bawah pengukuran dikalikan 100.
Masing-masing titik memiliki ketinggian yang berbeda sehingga dari
pengukuran ketinggian itu kita bisa mendapatkan data berupa jarak tiap
titik. Pembacaan sudut horizontal dan vertikal dilakukan dengan membaca
sudut yang dihasilkan sewaktu pengukuran, biasanya berupa derajat,
menit, dan detik.
Pemetaan PoligonTertutup
Poligon ialah rangkaian titik yang saling berhubungan dengan yang lain
sehingga membentuk suatu jalur . Poligon dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
- Poligon terbuka. Merupakan poligon dengan titik awal dan titik akhir yang tidak sama, atau tidak bertemu. Biasanya berbentuk memanjang.
- Poligon tertutup adalah poligon dengan titik awal dan titik akhirnya yang sama atau dalam arti pengukuran yang dilakukan tersebut kembali ke titik semula atau pengukuran semula. Pengukuran dengan menggunakan metode ini dilakukan pada daerah yang telah diketahui awal dan akhirnya. Dalam praktikum ini yang lebih dibahas adalah mengenai poligon tertutup.
Adapun pengukuran poligon bertujuan untuk menetapkan posisi dari
titik-titik sudut yang diukur, yaitu dengan mengukur panjang dan sisi
segi banyak dan besar sudut-sudutnya. Besaran-besaran yang diukur antara
lain adalah :
- Azimuth (sudut arah horizontal)
- Sudut elevasi (sudut vertikal)
- Tinggi tempat
- Jarak optis
Azimuth adalah besaran sudut yang dibuat oleh posisi horizontal teropong padaTheodolith dihitung
dari arah Utara magnetis bumi yang telah dikoreksi dengan deklinasi
tempat pengukuran (deklinasi telah diketahui sebelumnya).
Penggambaran poligon dilakukan secara numerik (koordinat) maupun Azimuth garis, yaitu dengan :
- menentukan arah Utara dan sekala yang sesuai
- mengeplotkan absis dan ordinat dari tiap poligon disertai ketinggian titik poligon tersebut
- menghubungkan titik poligon tersebut untuk menggambarkan Azimuth
Data yang diperoleh pada pengukuran poligon tertutup adalah sudut dalam, jarak antar titik, beda tinggi, dan sudut Azimuth. Dari proses perhitungan tersebut diperoleh koordinat-koordinat berupa absis dan ordinat. Absis dan ordinat ini dihitung berdasarkan jarak dan sudut Azimuth.
Pada perhitungan sering ada sudut yang terkoreksi, artinya adalah
perhitungan dan pengamatan yang dilakukan di lapangan tidak begitu
tepat, sehingga untuk menutup poligon yang agak terbuka dibutuhkan
koreksi sudut. Koreksi sudut ini digunakan untuk mencari koreksi sudut Azimuth. Sudut Azimuth adalah besarnya sudut yang dibuat oleh posisi horizontal teropong pada Theodolith.
melaksanakan pengukuran beda tinggi
Melaksanakan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Pesawat Penyipat Datar Cara
Tertutup / Keliling
A. PENGETAHUAN DASAR
Pengukuran areal ini membentuk jalur pengukuran tertutup, dimana awal dan akhir
pengukuran titik yang sama, disamping sangat cocok untuk mendapatkan
ketinggian titik-titik yang menyebar pada daerah yang luas.
Tanda titik / patok dipasang mengeliling sepanjang / seluruh areal pengukuran
dengan jarak antara titik dengan titik asal masih terjangkau oleh pengamatan alat
penyipat datar / waterpass. Untuk areal pengukuran dengan beda tinggi yang
menonjol / curam, maka jarak tersebut akan lebih pendek.
Jarak titik dengan titik diukur dari pesawat penyipat datar diletakkan di tengah
antara dua titik dan segaris. Titik-titik yang ditinggalkan dalam pembacaan
disebut pembacaan belakang, sedang titik yang dtinjau dalam pembacaan
disebut pembacaan muka.
Beda tinggi antara dua titik cukup dicari / dihitung dengan mencari selisih
pembacaan benang tengah ( bt ), sehingga :
ht = Btb - Btm
ht = beda tinggi
Btb = bacaan benang tengah belakang
Btm = bacaan benang tengah muka
Bila muka lebih tinggi daripada belakang maka ht bertanda positip dan
sebaliknya.
Langkah Kerja
Langkah Pengukuran :
1. Buat gambar sketsa daerah yang akan diukur dan diberi tanda titiktitiknya,
siapkan daftar pengukuran, catat nomor pesawat penyipat
datar.
2. Ukur jarak pikat / patok P0 dan P1, dan tentukan tengah-tengahnya,
dan tempatkan peswat penyipat datar / stel siap pakai.
3. Dirikan rambu ukur di P0 disebut pembacaan belakang, baca dan
catat benang tengahnya.
4. Pindahkan rambu ukur di P1 dan arahkan pesawat penyipat datar ke
rambu P1 sebagai pembacaan muka, baca dan catat beang
tengahnya. Rambu ukur jangan dipindah dahulu.
5. Dalam mencatat pada daftar pengukuran harus diingat pembacaan /
jarak ke belakang maupun ke muka dan dicatat dalam table / daftar.
6. Ukurkan P1 ke P2 , ambil tengah-tengah, dan dirikan pesawat penyipat
datar sehingga siap pakai. Arahkan pesawat ke P1 sebagai
pembacaan belakang dan arahkan pesawat ke P2 sebagai
pembacaan muka, catat jarak pada table pengukuran.
7. Dengan cara yang sama, pengukuran dilanjutkan sampai titik pertama
( P0 ).
Analisa hasil pengukuran :
Selisih tinggi cukup dicari dengan menselisihkan bacaan benang tengah
belakang ( btb ) dan bacaan benang tengah muka ( btm ). Sedang jarak antara dua
titik sama dengan pembacaan jarak belakang ditambah pembacaan jarak muka.
Apabila jumlah beda tinggi / selisih tinggi bacaan belakang sama dengan beda
tinggi / selisih tinggi bacaan muka berarti tidak ada koreksi. Tetapi umunya tidak
demikian.
Tertutup / Keliling
A. PENGETAHUAN DASAR
Pengukuran areal ini membentuk jalur pengukuran tertutup, dimana awal dan akhir
pengukuran titik yang sama, disamping sangat cocok untuk mendapatkan
ketinggian titik-titik yang menyebar pada daerah yang luas.
Tanda titik / patok dipasang mengeliling sepanjang / seluruh areal pengukuran
dengan jarak antara titik dengan titik asal masih terjangkau oleh pengamatan alat
penyipat datar / waterpass. Untuk areal pengukuran dengan beda tinggi yang
menonjol / curam, maka jarak tersebut akan lebih pendek.
Jarak titik dengan titik diukur dari pesawat penyipat datar diletakkan di tengah
antara dua titik dan segaris. Titik-titik yang ditinggalkan dalam pembacaan
disebut pembacaan belakang, sedang titik yang dtinjau dalam pembacaan
disebut pembacaan muka.
Beda tinggi antara dua titik cukup dicari / dihitung dengan mencari selisih
pembacaan benang tengah ( bt ), sehingga :
ht = Btb - Btm
ht = beda tinggi
Btb = bacaan benang tengah belakang
Btm = bacaan benang tengah muka
Bila muka lebih tinggi daripada belakang maka ht bertanda positip dan
sebaliknya.
Langkah Kerja
Langkah Pengukuran :
1. Buat gambar sketsa daerah yang akan diukur dan diberi tanda titiktitiknya,
siapkan daftar pengukuran, catat nomor pesawat penyipat
datar.
2. Ukur jarak pikat / patok P0 dan P1, dan tentukan tengah-tengahnya,
dan tempatkan peswat penyipat datar / stel siap pakai.
3. Dirikan rambu ukur di P0 disebut pembacaan belakang, baca dan
catat benang tengahnya.
4. Pindahkan rambu ukur di P1 dan arahkan pesawat penyipat datar ke
rambu P1 sebagai pembacaan muka, baca dan catat beang
tengahnya. Rambu ukur jangan dipindah dahulu.
5. Dalam mencatat pada daftar pengukuran harus diingat pembacaan /
jarak ke belakang maupun ke muka dan dicatat dalam table / daftar.
6. Ukurkan P1 ke P2 , ambil tengah-tengah, dan dirikan pesawat penyipat
datar sehingga siap pakai. Arahkan pesawat ke P1 sebagai
pembacaan belakang dan arahkan pesawat ke P2 sebagai
pembacaan muka, catat jarak pada table pengukuran.
7. Dengan cara yang sama, pengukuran dilanjutkan sampai titik pertama
( P0 ).
Analisa hasil pengukuran :
Selisih tinggi cukup dicari dengan menselisihkan bacaan benang tengah
belakang ( btb ) dan bacaan benang tengah muka ( btm ). Sedang jarak antara dua
titik sama dengan pembacaan jarak belakang ditambah pembacaan jarak muka.
Apabila jumlah beda tinggi / selisih tinggi bacaan belakang sama dengan beda
tinggi / selisih tinggi bacaan muka berarti tidak ada koreksi. Tetapi umunya tidak
demikian.
Membuat Peta Situasi Dengan Alat Ukur Sederhana
1. PENGETAHUAN DASAR
Daerah pengukuran pada pekerjaan ini diusahakan bila mungkin daerah terbuka,
garis ukur dibuat sedemikian rupa sehingga titik-titik di lapangan sebagian besar
dapat diproyeksikan ke garis ukur. Bila tidak ada prisma dapat digunakan
segitiga perbandingan 3:4:5. Bila garis ukur satu kali belum menjangkau semua
titik, maka dapat dibuat garis ukur lainnya yang dibuat tegak lurus garis ukur yang
pertama.
Data yang diperlukan adalah jarak dari titik ke garis ukur / garis tegak lurus dari
titik ke garis ukur.
2. LEMBAR KERJA
Tujuan
Dengan seperangkat alat prisma atau segitiga perbandingan 3:4:5 diharapkan
peserta diklat dapat :
- mengukur jarak dari titik ke garis ukur dengan menggunakan segitiga
perbandingan 3:4:5
- membuat peta situasi berdasarkan data / angka yang diperoleh.
Bahan dan Alat
- Prisma atau segitiga siku-siku 1 buah
- Pita ukur 1 buah
- Jalon minimum 3 buah
- Data board dan alat tulis
- Lapangan / medan pengukuran
Keselamatan dan kesehatan kerja
- Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
- Hindari alat dari kemungkinan hilang atau rusak
- Gunakan pakaian kerja langkap- Pusatkan perhatian pada pekerjaan
Langkah Kerja
Langkah pengukuran
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
b. Tentukan garis ukur kearah memanjang daerah yang akan diukur (lihat
gambar kerja) dengan semua titik batas dipasang patok.
c. Proyeksikan semua titik batas ke garis ukur dengan menggunakan prisma
atau segitiga 3:4:5.
d. Dengan pita ukur ukurlah jarak dari titik-titik batas yang diproyeksikan ke
garis ukur.
e. Ukurlah jarak dari titik awal garis ukur ke titik-titik proyeksi.
f. Setelah pengukuran selesai barulah mengolah data bila perlu beserta penggambarannya.
g. Hitung luas dan gunakan rumus luas yang diperlukan.
Analisis hasil pengukuran
Dengan memperhatikan hasil pengukuran di atas, maka daerah pengukuran akan
terbagi-bagi menjadi beberapa segitiga siku-siku dan trapezium sehingga luasnya
mudah dihitung.
Daerah pengukuran pada pekerjaan ini diusahakan bila mungkin daerah terbuka,
garis ukur dibuat sedemikian rupa sehingga titik-titik di lapangan sebagian besar
dapat diproyeksikan ke garis ukur. Bila tidak ada prisma dapat digunakan
segitiga perbandingan 3:4:5. Bila garis ukur satu kali belum menjangkau semua
titik, maka dapat dibuat garis ukur lainnya yang dibuat tegak lurus garis ukur yang
pertama.
Data yang diperlukan adalah jarak dari titik ke garis ukur / garis tegak lurus dari
titik ke garis ukur.
2. LEMBAR KERJA
Tujuan
Dengan seperangkat alat prisma atau segitiga perbandingan 3:4:5 diharapkan
peserta diklat dapat :
- mengukur jarak dari titik ke garis ukur dengan menggunakan segitiga
perbandingan 3:4:5
- membuat peta situasi berdasarkan data / angka yang diperoleh.
Bahan dan Alat
- Prisma atau segitiga siku-siku 1 buah
- Pita ukur 1 buah
- Jalon minimum 3 buah
- Data board dan alat tulis
- Lapangan / medan pengukuran
Keselamatan dan kesehatan kerja
- Gunakan alat sesuai dengan fungsinya
- Hindari alat dari kemungkinan hilang atau rusak
- Gunakan pakaian kerja langkap- Pusatkan perhatian pada pekerjaan
Langkah Kerja
Langkah pengukuran
a. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
b. Tentukan garis ukur kearah memanjang daerah yang akan diukur (lihat
gambar kerja) dengan semua titik batas dipasang patok.
c. Proyeksikan semua titik batas ke garis ukur dengan menggunakan prisma
atau segitiga 3:4:5.
d. Dengan pita ukur ukurlah jarak dari titik-titik batas yang diproyeksikan ke
garis ukur.
e. Ukurlah jarak dari titik awal garis ukur ke titik-titik proyeksi.
f. Setelah pengukuran selesai barulah mengolah data bila perlu beserta penggambarannya.
g. Hitung luas dan gunakan rumus luas yang diperlukan.
Analisis hasil pengukuran
Dengan memperhatikan hasil pengukuran di atas, maka daerah pengukuran akan
terbagi-bagi menjadi beberapa segitiga siku-siku dan trapezium sehingga luasnya
mudah dihitung.
Jumat, 09 November 2012
survey pemetaan
Artikel Teknik Survey Dan Pemetaan
NAMA :TITO RAHADHIAN GETTRA
KLS :XII
TSP
http://adicoolguy.blogspot.com/2011/07/artikel-teknik-survey-dan-pemetaan.html
Metode Pengukuran Triangulasi
Triangulasi
digunakan apabila daerah pengukuran mempunyai ukuran panjang dan lebar yang
sama, maka dibuat jaring segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur adalah sudut
dalam tiap – tiap segitiga. Metode Triangulasi. Pengadaan kerangka dasar
horizontal di Indonesia dimulai di pulau Jawa oleh Belanda pada tahun 1862.
Titik-titik kerangka dasar horizontal buatan Belanda ini dikenal sebagai titik
triangulasi, karena pengukurannya menggunakan cara triangulasi. Hingga tahun
1936, pengadaan titik triangulasi oleh Belanda ini telah mencakup pulau Jawa
dengan datum Gunung Genuk, pantai Barat Sumatra dengan datum Padang, Sumatra
Selatan dengan datum Gunung Dempo, pantai Timur Sumatra dengan datum Serati,
kepulauan Sunda Kecil, Bali dan Lombik dengan datum Gunung Genuk, pulau Bangka
dengan datum Gunung Limpuh, Sulawesi dengan datum Moncong Lowe, kepulauan Riau
dan Lingga dengan datum Gunung Limpuh dan Kalimantan Tenggara dengan datum
Gunung Segara. Posisi horizontal (X, Y) titik triangulasi dibuat dalam sistem
proyeksi Mercator, sedangkan posisi horizontal peta topografi yang dibuat
dengan ikatan dan pemeriksaan ke titik triangulasi dibuat dalam sistem proyeksi
Polyeder. Titik triangulasi buatan Belanda tersebut dibuat berjenjang turun
berulang, dari cakupan luas paling teliti dengan jarak antar titik 20 – 40 km
hingga paling kasar pada cakupan 1 – 3 km.
Ketelitian posisi horisontal (x,y)
titik triangulasi
Titik
|
Jarak
|
Ketelitian
|
Metode
|
P
|
20 – 40 km
|
r 0.07
|
Triangulasi
|
S
|
10 – 20 km
|
r 0.53
|
Triangulasi
|
T
|
3 – 10 km
|
r 3.30
|
Mengikat
|
K
|
1 – 3 km
|
-
|
Polygon
|
Selain posisi
horizontal (X Y) dalam sistem dalam sistem geografis (j,I) dan proyeksi
Mercator, titik-titik triangulasi ini ketinggiannya terhadap muka air laut
rata-juga dilengkapi dengan informasi posisinya rata yang ditentukan dengan
cara trigonometris.
Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Triangulasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Primer
- Sekunder
- Tersier
Bentuk geometri
triangulasi terdapat tiga buah bentuk geometrik dasar triangulasi, yaitu :
- Rangkaian segitiga yang sederhana cocok untuk pekerjaanpekerjaan dengan orde rendah untuk ini dapat sedapat mungkin diusahakan sisi-sisi segitiga sama panjang.
- Kuadrilateral merupakan bentuk yang terbaik untuk ketelitian tinggi, karena lebih banyak syarat yang dapat dibuat. Kuadrilateral tidak boleh panjang dan sempit.
- Titik pusat terletak antara 2 titik yang terjauh dan sering di perlukan.
Metode pengukuran trilaterasi
Trilaterasi
digunakan apabila daerah yang diukur ukuran salah satunya lebih besar daripada
ukuran lainnya, maka dibuat rangkaian segitiga. Pada cara ini sudut yang diukur
adalah semua sisi segitiga. Metode Trilaterasi yaitu serangkaian segitiga yang
seluruh jarak jaraknya di ukur di lapangan.
Pada jaring
segitiga akan selalu diperoleh suatu titik sentral atau titik pusat. Pada titik
pusat tersebut terdapat beberapa buah sudut yang jumlahnya sama dengan 360
derajat
Metode pengukuran pengikatan ke muka
Pengikatan ke
muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua buah titik di lapangan tempat
berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di lapangan tempat berdiri
target (rambu ukur, benang, unting-unting) yang akan diketahui koordinatnya
dari titik tersebut. Garis antara kedua titik yang diketahui koordinatnya
dinamakan garis absis. Sudut dalam yang dibentuk absis terhadap target di titik
B dinamakan sudut beta. Sudut beta dan alfa diperofeh dari tapangan.
Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya
Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran sudut. Bentuk yang digunakan metoda ini adalah bentuk segi tiga. Akibat dari sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk dan besar segitinya
Metode pengukuran Collins dan Cassini
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:"Times New Roman","serif";}
-->
Metode
pengukuran Collins dan Cassini merupakan salah satu metode dalam pengukuran
kerangka dasar horizontal untuk menentukan koordinat titik-titik yang diukur
dengan cara mengikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur adalah
sudut-sudut yang berada di titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada era
mengikat ke belakang ada dua metode hitungan yaitu dengan cara Collins dan
Cassini.
Adapun perbedaan pada kedua metode di atas terletak pada cara perhitungannya, cara Collins menggunakan era perhitungan logaritma. Adapun pada metode Cassini menggunakan mesin hitung. Sebelum alat hitung berkembang dengan balk, seperti masa kini maka perhitungan umumnya dilakukan dengan bantuan daftar logaritma. Adapun metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat adanya alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan kebelakang metode Collins merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui. Pada pengukuran pengikatan ke belakang metode Collins, alat theodolite ditegakkan di atas titik yang ingin atau belum diketahui koordinatnya. Misalkan titik itu diberi nama titik P. titik P ini akan diukur melalui titik-titik lain yang koordinatnya sudah diketahui terlebih dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B, dan titik C.
Pertama titik P diikatkan pada dua buah titik lain yang telah diketahui koordinatnya, yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga titik tersebut dihubungkan oleh suatu lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga titik C berada di luar lingkaran.
Kemudian tariklah titik P terhadap titik C. Dari hasil penarikan garis P terhadap G akan memotong tali busur lingkaran, dan potongannya akan berupa titik hasil dari pertemuan persilangan garis dan tali busur. Titik itu diberi nama titik H, dimana titik H ini merupakan titik penolong Collins. Sehingga dari informasi koordinat titik A, B, dan G serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka koordinat titik P akan dapat diketahui
Adapun perbedaan pada kedua metode di atas terletak pada cara perhitungannya, cara Collins menggunakan era perhitungan logaritma. Adapun pada metode Cassini menggunakan mesin hitung. Sebelum alat hitung berkembang dengan balk, seperti masa kini maka perhitungan umumnya dilakukan dengan bantuan daftar logaritma. Adapun metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat adanya alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan kebelakang metode Collins merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui. Pada pengukuran pengikatan ke belakang metode Collins, alat theodolite ditegakkan di atas titik yang ingin atau belum diketahui koordinatnya. Misalkan titik itu diberi nama titik P. titik P ini akan diukur melalui titik-titik lain yang koordinatnya sudah diketahui terlebih dahulu. Misalkan titik lainnya itu titik A, B, dan titik C.
Pertama titik P diikatkan pada dua buah titik lain yang telah diketahui koordinatnya, yaitu diikat pada titik A dan titik B. Ketiga titik tersebut dihubungkan oleh suatu lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga titik C berada di luar lingkaran.
Kemudian tariklah titik P terhadap titik C. Dari hasil penarikan garis P terhadap G akan memotong tali busur lingkaran, dan potongannya akan berupa titik hasil dari pertemuan persilangan garis dan tali busur. Titik itu diberi nama titik H, dimana titik H ini merupakan titik penolong Collins. Sehingga dari informasi koordinat titik A, B, dan G serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka koordinat titik P akan dapat diketahui
- titik A, B ,dan C merupakan titik koordinat yang sudah diketahui.
- titik P adalah titik yang akan dicari koordinatnya.
- titik H adalah titik penolong collins yang dibentuk oleh garis P terhadap C dengan lingkaran yang dibentuk oleh titik-titik A, B, dan P.
Sedangkan
Metode Cassini adalah cara pengikatan kebelakang yang menggunakan mesin hitung
atau kalkulator. Pada cara ini theodolit diletakkan diatas titik yang belum
diketahui koordinatnya.
Pada cara perhitungan Cassini memerlukan dua tempat kedudukan untuk menentukan suatu titik yaitu titik P. Lalu titik P diikat pada titik-titik A, B dan C. Kemudian Cassini membuat garis yang melalui titik A dan tegak lurus terhadap garis AB serta memotong tempat kedudukan yang melalui A dan B, titik tersebut diberi nama titik R. Sama halnya Cassini pula membuat garis lurus yang melalui titik C dan tegak lurus terhadap garis BC serta memotong tempat kedudukan yang melalui B dan C, titik tersebut diberi nama titik S.
Sekarang hubungkan R dengan P dan S dengan P. Karena 4 BAR = 900, maka garis BR merupakan garis tengah lingkaran, sehingga 4 BPR = 900. Karena ABCS= 900 maka garis BS merupakan garis tengah lingkaran, sehinggga DBPR = 900. Maka titik R, P dan S terletak di satu garus lurus. Titik R dan S merupakan titik penolong Cassini. Untuk mencari koordinat titik P, lebih dahulu dicari koordinat-koordinat titik¬titik penolong R dan S, supaya dapat dihitung sudut jurusan garis RS, karena PB 1 RS, maka didapatlah sudut jurusan PB, dan kemudian sudut jurusan BP untuk dapat menghitung koordinat-koordinat titik P sendiri dari koordinat-koordinat titik B.
Pada cara perhitungan Cassini memerlukan dua tempat kedudukan untuk menentukan suatu titik yaitu titik P. Lalu titik P diikat pada titik-titik A, B dan C. Kemudian Cassini membuat garis yang melalui titik A dan tegak lurus terhadap garis AB serta memotong tempat kedudukan yang melalui A dan B, titik tersebut diberi nama titik R. Sama halnya Cassini pula membuat garis lurus yang melalui titik C dan tegak lurus terhadap garis BC serta memotong tempat kedudukan yang melalui B dan C, titik tersebut diberi nama titik S.
Sekarang hubungkan R dengan P dan S dengan P. Karena 4 BAR = 900, maka garis BR merupakan garis tengah lingkaran, sehingga 4 BPR = 900. Karena ABCS= 900 maka garis BS merupakan garis tengah lingkaran, sehinggga DBPR = 900. Maka titik R, P dan S terletak di satu garus lurus. Titik R dan S merupakan titik penolong Cassini. Untuk mencari koordinat titik P, lebih dahulu dicari koordinat-koordinat titik¬titik penolong R dan S, supaya dapat dihitung sudut jurusan garis RS, karena PB 1 RS, maka didapatlah sudut jurusan PB, dan kemudian sudut jurusan BP untuk dapat menghitung koordinat-koordinat titik P sendiri dari koordinat-koordinat titik B.
Rumus-rumus
yang digunakan ialah :
- x1 – x2 = d12 Sin a12
- y2 – y1 = d12 cos a12
- tg a12 = (x2 – x1) : (y2 – y1)
- ctg a12 = (y2 – y1) : (x2 – x1)
Metode Cassini
dapat digunakan untuk metode penentuan posisi titik menggunakan dua buah
sextant.
Tujuannya untuk menetapkan suatu penentuan posisi titik perum menggunakan dua buah sextant, termasuk. membahas tentang ketentuan-ketentuan dan tahapan pelaksanaan pengukuran penentuan posisi titik perum. Metode penentuan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengukuran penentuan posisi titik-titik pengukuran di perairan pantai, sungai, danau dan muara. Sextant adalah alat pengukur sudut dari dua titik bidik terhadap posisi alat tersebut, posisi titik ukur perum adalah titik-titik yang mempunyai koordinat berdasarkan hasil pengukuran.
Tujuannya untuk menetapkan suatu penentuan posisi titik perum menggunakan dua buah sextant, termasuk. membahas tentang ketentuan-ketentuan dan tahapan pelaksanaan pengukuran penentuan posisi titik perum. Metode penentuan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengukuran penentuan posisi titik-titik pengukuran di perairan pantai, sungai, danau dan muara. Sextant adalah alat pengukur sudut dari dua titik bidik terhadap posisi alat tersebut, posisi titik ukur perum adalah titik-titik yang mempunyai koordinat berdasarkan hasil pengukuran.
Metode
pengukuran Collins dan Cassini merupakan salah satu metode dalam pengukuran
kerangka dasar horizontal untuk menentukan koordinat titik-titik yang diukur
dengan cara mengikat ke belakang pada titik tertentu dan yang diukur adalah
sudut-sudut yang berada di titik yang akan ditentukan koordinatnya. Pada era
mengikat ke belakang ada dua metode hitungan yaitu dengan cara Collins dan
Cassini.
Adapun
perbedaan pada kedua metode di atas terletak pada cara perhitungannya, cara
Collins menggunakan era perhitungan logaritma. Adapun pada metode Cassini
menggunakan mesin hitung. Sebelum alat hitung berkembang dengan balk, seperti masa
kini maka perhitungan umumnya dilakukan dengan bantuan daftar logaritma. Adapun
metode Cassini menggunakan alat hitung karena teori ini muncul pada saat adanya
alat hitung yang sudah mulai berkembang. Pengikatan kebelakang metode Collins
merupakan model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu letak titik
koordinat, yang diukur melalui titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui.
Pada pengukuran pengikatan ke belakang metode Collins, alat theodolite
ditegakkan di atas titik yang ingin atau belum diketahui koordinatnya. Misalkan
titik itu diberi nama titik P. titik P ini akan diukur melalui titik-titik lain
yang koordinatnya sudah diketahui terlebih dahulu. Misalkan titik
lainnya itu titik A, B, dan titik C.
Pertama titik P
diikatkan pada dua buah titik lain yang telah diketahui koordinatnya, yaitu
diikat pada titik A dan titik B. Ketiga titik tersebut dihubungkan oleh suatu
lingkaran dengan jari-jari tertentu, sehingga titik C berada di luar lingkaran.
Kemudian
tariklah titik P terhadap titik C. Dari hasil penarikan garis P terhadap G akan
memotong tali busur lingkaran, dan potongannya akan berupa titik hasil dari
pertemuan persilangan garis dan tali busur. Titik itu diberi nama titik H,
dimana titik H ini merupakan titik penolong Collins. Sehingga dari informasi
koordinat titik A, B, dan G serta sudut-sudut yang dibentuknya, maka koordinat
titik P akan dapat diketahui
Penghitungan Pengukuran Terestris
Ilmu ukur tanah
merupakan bagian rendah dari ilmu yang lebih luas yang dinamakan ilmu Geodesi.
Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud :
Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud :
- Maksud ilmiah : menentukan bentuk permukaan bumi
- Maksud praktis : membuat bayangan yang dinamakan peta dari sebagian besar atau sebagian kecil permukaan bumi.
Pada maksud
kedua inilah yang sering disebut dengan istilah pemetaan. Pengukuran dan
pemetaan pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu :
- Geodetic Surveying
- Plan Surveying
Perbedaan
prinsip dari dua jenis pengukuran dan pemetaan di atas adalah : Geodetic
surveying suatu pengukuran untuk menggambarkan permukaan bumi pada bidang
melengkung/ellipsoida/bola. Geodetic Surveying adalah llmu, seni, teknologi
untuk menyajikan informasi bentuk kelengkungan bumi atau pada keiengkungan
bola. Sedangkan plan Surveying adalah merupakan llmu seni, dan teknologi untuk
menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia
pada bidang yang dianggap datar. Plan surveying di batasi oleh daerah yang
sempit yaitu berkisar antara 0.5 derajat x 0.5 derajat atau 55 km x 55 km.
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian dalam Ilmu ukur tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara fisiknya adalah berupa bola yang tidak beraturan bentuknya dan mendekati bentuk sebuah jeruk. Hal tersebut terbukti dengan adanya pegunungan, Lereng-lereng, dan jurang jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka diperlukan suatu bidang matematis. Para pakar kebumian yang ingin menyajikan informasi tentang bentuk bumi, mengalami kesulitan karena bentuknya yang tidak beraturan ini, oleh sebab itu, mereka berusaha mencari bentuk sistematis yang dapat mendekati bentuk bumi.
Bentuk bumi merupakan pusat kajian dan perhatian dalam Ilmu ukur tanah. Proses penggambaran permukaan bumi secara fisiknya adalah berupa bola yang tidak beraturan bentuknya dan mendekati bentuk sebuah jeruk. Hal tersebut terbukti dengan adanya pegunungan, Lereng-lereng, dan jurang jurang. Karena bentuknya yang tidak beraturan maka diperlukan suatu bidang matematis. Para pakar kebumian yang ingin menyajikan informasi tentang bentuk bumi, mengalami kesulitan karena bentuknya yang tidak beraturan ini, oleh sebab itu, mereka berusaha mencari bentuk sistematis yang dapat mendekati bentuk bumi.
Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu:
- Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV)
- Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH)
- Pengukuran Titik-titik Detail
Pekerjaan Survey dan Pemetaan
Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuran¬-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik¬titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya
Dalam pembuatan peta yang dikenal dengan istilah pemetaan dapat dicapai dengan melakukan pengukuran¬-pengukuran di atas permukaan bumi yang mempunyai bentuk tidak beraturan. Pengukuran-pengukuran dibagi dalam pengukuran yang mendatar untuk mendapat hubungan titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi (Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal) dan pengukuran-pengukuran tegak guna mendapat hubungan tegak antara titik-titik yang diukur (Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal) serta pengukuran titik-titik detail. Kerangka dasar pemetaan untuk pekerjaan rekayasa sipil pada kawasan yang tidak luas, sehingga bumi masih bisa dianggap sebagai bidang datar, umumnya merupakan bagian pekerjaan pengukuran dan pemetaan dari satu kesatuan paket pekerjaan perencanaan dan atau perancangan bangunan teknik sipil. Titik¬titik kerangka dasar pemetaan yang akan ditentukan tebih dahulu koordinat dan ketinggiannya itu dibuat tersebar merata dengan kerapatan tertentu, permanen, mudah dikenali dan didokumentasikan secara baik sehingga memudahkan penggunaan selanjutnya
Dalam
perencanaan bangunan Sipil misalnya perencanaan jalan raya, jalan kereta api,
bendung dan sebagainya, Peta merupakan hal yang sangat penting untuk
perencanaan bangunan tersebut. Untuk memindahkan titik -titik yang ada pada
peta perencanaan suatu bangunan sipil ke lapangan (permukaan bumi) dalam
pelaksanaanya pekerjaan sipil ini dibuat dengan pematokan/ staking out, atau
dengan perkataan lain bahwa pematokan merupakan kebalikan dari pemetaan.
Pengukuran Kerangka Dasar Horisontal
Untuk
mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi
maka perlu dilakukan pengukuran mendatar yang disebut dengan istilah pengukuran
kerangka dasar Horizontal. Jadi untuk hubungan mendatar diperlukan data sudut
mendatar yang diukur pada skala lingkaran yang letaknya mendatar. Bagian-bagian
dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah :
- Metode Poligon
- Metode Triangulasi
- Metode Trilaterasi
- Metode kuadrilateral
- Metode Pengikatan ke muka
- Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini
a. Metode
pengukuran poligon
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
a) Koordinat awal Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
b) Koordinat akhir. Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.
c) Azimuth awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
Poligon digunakan apabila titik-titik yang akan di cari koordinatnya terletak memanjang sehingga terbentuk segi banyak (poligon). Pengukuran dan Pemetaan Poligon merupakan salah satu pengukuran dan pemetaan kerangka dasar horizontal yang bertujuan untuk memperoleh koordinat planimetris (X,Y) titik-titik pengukuran. Pengukuran poligon sendiri mengandung arti salah satu metode penentuan titik diantara beberapa metode penentuan titik yang lain. Untuk daerah yang relatif tidak terlalu luas, pengukuran cara poligon merupakan pilihan yang sering di gunakan, karena cara tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan daerah/lapangan. Penentuan koordinat titik dengan cara poligon ini membutuhkan,
a) Koordinat awal Bila diinginkan sistem koordinat terhadap suatu sistim tertentu, haruslah dipilih koordinat titik yang sudah diketahui misalnya: titik triangulasi atau titik-titik tertentu yang mempunyai hubungan dengan lokasi yang akan dipatokkan. Bila dipakai system koordinat lokal pilih salah satu titik, BM kemudian beri harga koordinat tertentu dan tititk tersebut dipakai sebagai acuan untuk titik-titik lainya.
b) Koordinat akhir. Koordinat titik ini di butuhkan untuk memenuhi syarat Geometri hitungan koordinat dan tentunya harus di pilih titik yang mempunyai sistem koordinat yang sama dengan koordinat awal.
c) Azimuth awal. Azimuth awal ini mutlak harus diketahui sehubungan dengan arah orientasi dari system koordinat yang dihasilkan dan pengadaan datanya dapat di tempuh dengan dua cara yaitu sebagai berikut :
- Hasil hitungan dari koordinat titik ¬titik yang telah diketahui dan akan dipakai sebagai titik acuan system koordinatnya.
- Hasil pengamatan astronomis (matahari). Pada salah satu titik poligon sehingga didapatkan azimuth ke matahari dari titik yang bersangkutan. Dan selanjutnya dihasilkan azimuth kesalah satu poligon tersebut dengan ditambahkan ukuran sudut mendatar (azimuth matahari).
d) Data ukuran
sudut dan jarak Sudut mendatar pada setiap stasiun dan jarak antara dua titik
kontrol perlu diukur di lapangan.
Pengukuran
poligon
Data ukuran
tersebut, harus bebas dari kesalahan sistematis yang terdapat (pada alat ukur)
sedangkan salah sistematis dari orang atau pengamat dan alam di usahakan
sekecil mungkin bahkan kalau bisa di tiadakan.
Berdasarkan
bentuknya poligon dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
Poligon berdasarkan visualnya :
Poligon berdasarkan visualnya :
poligon
tertutup Untuk mendapatkan nilai sudut-sudut dalam atau sudut-sudut luar serta
jarak jarak mendatar antara titik-titik poligon diperoleh atau diukur di
lapangan menggunakan alat pengukur jarak yang mempunyai tingkat ketelitian
tinggi.
Poligon
digunakan apabila titik-titik yang akan dicari koordinatnya terletak memanjang
sehingga membentuk segi banyak (poligon). Metode poligon merupakan bentuk yang
paling baik di lakukan pada bangunan karena memperhitungkaan bentuk
kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup di tinjau dari bentuk fisik di
lapangan dan geometriknya. Cara pengukuran polygon merupakan cara yang umum
dilakukan untuk pengadaan kerangka dasar pemetaan pada daerah yang tidak
terlalu luas sekitar (20 km x 20 km). Berbagai bentuk poligon mudah dibentuk
untuk menyesuaikan dengan berbagai bentuk medan pemetaan dan keberadaan titik –
titik rujukan maupun pemeriksa. Tingkat ketelitian sistem koordinat yang
diinginkan dan kedaan medan lapangan pengukuran merupakan faktor-faktor yang
menentukan dalam menyusun ketentuan poligon kerangka dasar.Tingkat ketelitian
umum dikaitkan dengan jenis dan atau tahapan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Sistem koordinat dikaitkan dengan keperluan pengukuran pengikatan. Medan
lapangan pengukuran menentukan bentuk konstruksi pilar atau patok sebagai
penanda titik di lapangan dan juga berkaitan dengan jarak selang penempatan
titik.
? = Sudut dan ?
= Azimut
Menghitung Hasil Pengukuran Tehodolit
1. Mengitung Jarak
Jika memakai
sudut vertikal (zenith) :
do = (BA-BB) x
100 x sin V, jarak optis
do = (BA-BB) x
100 x sin2 V, jarak datar
Jika memakai
sudut vertikal (elevasi) :
do = (BA-BB) x
100 x cos V, jarak optis
do = (BA-BB) x
100 x cos2 V, jarak datar
Mengitung jarak
2. Perhitungan Beda Tinggi ( ?h )
Jika memakai
sudut vertikal (zenith) :
?h = ta + dh
– BT
tan V
Jika memakai
sudut vertikal (elevasi) :
?h = ta + (dh x
tan V) – BT
Sudut Zenith
dan Sudut Elevasi
3. Perhitungan Ketinggian
TPx = TP1 + ?h
, TP1 adalah ketinggian di titik pesawat
Penyetelan Tehodolit
- Dirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
- Pasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan landasan pesawat dan sekrup pengunci di kepala statif.
- Stel nivo kotak dengan cara :
- Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser ke arah garis sekrup C. (lihat gambar a)
- Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah. (lihat gambar b)
Penyetelan
4. Setel
nivo tabung dengan sekrup ungkit (helling).
Bila penyetelan
nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC), maka caranya adalah
:
- Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB (lihat gambar a)
- Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah (lihat ganbar a).
- Putarlah teropong 90° ke arah garis sekrup C (lihat gambar b).
- Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah-tengah.
Mendatarkan
theodolit
5. Periksalah
kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar
teropong ke segala arah.
Bila ternyata
posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang
sama seperti langkah sebelumnya. Penyetelan akan dianggap benar apabila
gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong
diputar ke segala arah.
6. Pesawat
diarahkan ke segala arah.
Cara pembacaan
bak ukur :
Pada rambu ukur
akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang berwarna merah dan hitam
yang berada di atas warna dasar putih. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan
setiap kotak kecil panjangnya 1 cm.
Syarat Teodolit layak pakai
Pesawat theodolit layak digunakan apabila memenuhi syarat berikut ini:
Sumbu tegak (sumbu-I) harus benar-benar tegak.
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, maka berarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar
Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak. Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, maka berarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar
Sumbu mendatar (sumbu-II) harus benar-benar mendatar
Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar
Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai berikut:
Garis bidik harus tegak lurus sumbu mendatar
Untuk memenuhi syarat kedua dan ketiga lakukan langkah-lankah sebagai berikut:
- Gantungkan unting-unting pada dinding. Benang diusahakan agar tergantung bebas (tidak menyentuh dinding atau lantai)
- Setelah sumbu tegak diatur sehingga benar-benar tegak, garis bidik diarahkan ke bagian atas benang. Kunci skrup pengunci sumbu tegak dan lingkaran skala mendatar.
- Gerakkan garis bidik perlahan-lahan ke bawah
- Bila sumbu mendatar tegak lurus dengan sumbu tegak dan garis bidik tegak lurus dengan sumbu mendatar maka garis bidik akan bergerak sepanjang benang unting-unting ( tidak menyimpang dari bidikan benang).
Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak.
- Setelah syarat pertama, kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan garis bidik ketitik yang agak jauh.
- Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak
- Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith z.
- Putar teropong 1800 kemudian dikembalikan garis bidik ke titik yang sama
- Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di tengah
- Baca lingkaran skala tegak, missal z’. Bila bacaan z’ = 360-z, maka salah indeks adalah 0
Apabila keempat
syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan. Untuk mendapatkan sudut
horizontal yang benar maka syarat pertama kedua dan ketiga harus benar-benar dipenuhi,
sedangkan syarat keempat dipenuhi untuk mendapatkan sudut vertical yang benar.
Jenis – jenis teodolit
Macam teodolit
berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu :
1. Teodolit
Reiterasi ( Teodolit Sumbu Tunggal )
Dalam teodolit
ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga bacaan skala
mendatarnya tidak bisa diatur.
Theodolit yang
termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To ( Wild ) dan type DKM-2A (
Kern ).
Teodolit
Reiterasi
Theodolit
Repetisi (sumbu ganda)
Konstruksinya
kebalikan dengan teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat
diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu I ).
Akibat dari
konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0°, dapat ditentukan ke
arah bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis
ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon),
Th-51 ( Zeiss )
Theodolit
Repetisi
Macam theodolit
menurut sistem pembacaannya :
- Theodolit sistem bacaan dengan Index Garis
- Theodolit sistem bacaan dengan Nonius
- Theodolit sistem bacaan dengan Micrometer
- Theodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi
- Theodolit sistem bacaan dengan Digital
Macam teodolit
menurut skala ketelitian :
- Theodolit Satu Sekon ( Type T2 / Wild )
- Theodolit Sepuluh Sekon ( Type TM-10C / Sokkisha )
- Teodolit Satu Menit ( Type To / Wild )
- Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern )
Langganan:
Postingan (Atom)